Bandung,—Pemiliki Puri Santrian yang juga Ketua Yayasan Pembangunan Sanur (YPS), IB Gede Sidartha Putra mengaku miskomunikasi atas perlakuan Sekuriti pada Mirah. Motif pengusiran Sekuriti itu karena Mirah bukan tamu hotel Puri Santrian. Dalam akun Instagram miliknya, Mirah mencaption, “ Apakah Pantai Bali di jual? Terus kita orang-orang lokal mau main pantai di mana?”
Mirah mengaku telah mengalami pengusiran oleh pihak Sekuriti Hotel Santriani. Saat itu, Mirah sedang bermain pasir di tepi pantai. Tidak butuh waktu lama, Sekuriti tiba-tiba berada di belakang Mirah. Kedatangannya tidak disangka Mirah akan membawa pertanyaan yang bernarasi diskriminatif. Di lansir dalam videonya, Mirah mengaku ditanyai, kenapa bukan tamu hotel berani main di pantai sebrang Puri Santrian.
Pernyataan itu membuat Mirah syok, pasalnya, sekuriti menanyai terlebih dahulu tempat tinggal Mirah—ia mengaku asli Sanur, warga lokal. Pernyataan itu pun kemudian muncul. Teguran tersebut, dilaporkan Mirah melalui akun Instagram miliknya. Ia menceritakan telah mengalami diskriminasi oleh Sekuriti Puri Santriani karena warga lokal.
“ Aku waktu itu ngajak anak, sedang suami lagi mancing. Terus tiba-tiba sekuriti nguusir karena buka tamu hotel. Aku cuman duduk di pantai main-main air aja, gak ngengganggu tamu. Aku bukan sampah, iya aku orang biasa. Tapi jangan dong kaya gitu sama orang lokal. Aku baru tahu kalau hotel itu punya pantai.” Terangnya melalui akun Instagram resminya.
“Saya asli Sanur, dari kecil main-main di pantai, tidak ada yang melarang olahraga di sana nyari kerang. Tiba-tiba digituin. Saya balik ke masa lalu saya, ipidan adi sing ada kene-kene nah, jani adi serem dini (dulu kok tidak ada begini, sekarang kok serem),” terangnya.
Kejadian itu berlangsung pada Selasa, 23, Maret 2021. Sedangkan Video Mirah diunggah per Rabu, 24 setelah mengirimi pesan pada pihak hotel yang tidak mendapat balasan. Video Mirah langsung viral di media sosial. Pasalnya, kejadian diskriminasi warga lokal bukan hal baru dan masalah yang harus dihadapi bersama.
Video yang diunggah Mirah pun direspon oleh Kepala Dinas Pariwisata Denpasar Bali, Dezire Mulyani. Menurutnya, tidak ada isitilah pantai perivat, semua milik balai wilayah sungai dari pemerintah pusat. Di samping itu, ia menyayangkan kejadian tersebut.
“Seharusnya tidak bisa terjadi seperti itu. Mungkin, kami akan mendekati hotelnya apa benar kejadian seperti itu? Itu pantai milik umum bukan milik hotel. Itu sudah jelas hal seperti itu tidak boleh seharusnya terjadi seperti itu,” ujarnya.
Selain itu, ketua asosiasi Bali Tourism Board pun ikut ambil komentar. Ia melaporkan bahwa tidak ada privatisasi pantai milik perorangan.
“Jadi pantai itu bukan milik sendiri. Secara hukum tidak ada pantai milik hotel,” ujar Ketua Asosiasi Bali Tourism Board, Ida Bagus Parta Adhyana
Tidak hanya Dinpar yang beri komentar, pihak hotel pun akhirnya menanggapi unggahan Mirah tersebut. Pemilik Puri Santrian yang juga Ketua Yayasan Pembangunan Sanur (YPS), IB Gede Sidartha Putra, menerangkan, tidak ada privatisasi pantai, semuanya milik umum. Menurutnya itu hanya bagian dari strategi Marketing yang sebetulnya memang tidak ada.
“Ada trik marketing yang dilakukan e-commerce dan ini sudah baku. Kalau dia nempel dengan pantai, diberikan jualannya seperti private beach, tapi bukan kepemilikan yang privat, tapi akses masuk itu yang privat,”
“Kalau berada di sekitar jalan masuk ada beach side, ada di sebelah pantai artinya. Jadi customer dan travel agent sebenarnya sudah tahu kalau cukup jauh 300 atau 500 meter. Iistilahnya walking distance to the beach,” ujar Sidartha menambahkan.
Ia pun menerangkan, pihaknya telah berkomunikasi dengan Mirah; tidak luput, Ia pun menerangkan pada Mirah soal private beach yang tersebar di iklan dan terakhir Ia meminta maaf, kejadian tersebut adalah miskomunikasi dengan Sekuritinya.
Keterangan miskomunikasi dari pihak hotel itu seperti lari dari masalah. Disamping itu, tidak ada permintaan maaf dari pihak hotel seperti yang dilakukan oleh Sekuriti Hotel Puri Santrian.
Pihak hotel menjelaskan, kejadian tersebut dikarenakan miskomunikasi, namun dalam vidio permintaan maaf Sekuriti Hotel, Alit, tidak ada akuan miskomunikasi. Ia menjelaskan, hanya menjalankan tugas dalam menertibkan pantai dan sekitarnya. Disamping itu, pemilik hotel pun tidak memberi keterangan, komunikasi mana yang salah ditangkap oleh sekuriti.
“Mohon maaf atas kejadian kemarin. Tidak ada maksud saya berbuat tidak baik, saya cuma menjalankan tugas dan menertibkan pantai dan sekitarnya, cuma itu yang bisa saya sampaikan. Sekali lagi saya mohon maaf, om santih santih santih om,” tutupnya.
Hal ini menjadi wajar, jika terjadi lagi diskriminasi warga lokal. Sebab, kepala dinas pariwisata sendiri pun hanya memberi keterangan percaya-tidak-percaya terhadap kejadian itu. Terhitung dua hari hingga per Kamis, 25 Maret. Dinas Pariwisata belum ada tindakan klarifikasi dengan pihak hotel dan korban.
Penulis: Haydar
Editor: Andi