Menuju 2024: Gus AMI Posisikan PKB Jabar Sebagai Barometer Politik Indonesia

(Source Image: MCS)

BANDUNG – Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar, atau biasa disapa Gus AMI menghadiri kegiatan Bimbingan Teknis Road to AMI 2024, di Hotel Sunshine Kabupaten Bandung, Minggu (28/3/2021).

Gus AMI, memberikan penguatan kepada seluruh kader PKB di Jawa Barat. Dalam kegiatan tersebut, pengurus DPW PKB Jawa Barat, pengurus DPC tingkat kabupaten/kota, anggota DPRD Fraksi PKB serta perwakilan organisasi sayap PKB, hadir menyimak arahan dari Ketua Umum, Gus AMI.

“Saya sungguh bahagia dan bangga menyaksikan DPW, DPC PKB se-Jawa Barat yang terus-menreus melakukan perubahan, improvisasi, dan revitalisasi. Revitalisasi komitmen perjuangan, inilah yang paling penting dalam rangka mewujudkan perubahan,” ujar Gus AMI.

Inovasi dan pembaharuan langkah itu, kata dia, merupakan modal untuk menuju perubahan dan perbaikan kinerja. Hal itulah yang telah dilakukan oleh PKB Jawa Barat selama ini, yang membangun optimisme menuju kemenangan di Pemilu 2024.

“Jawa Barat ini merupakan barometer politik Indonesia. Bila PKB Jawa Barat menang, maka Insya Allah, PKB menang juga se Indonesia. Dan saya saksikan PKB Jawa Barat paling adaptif terhadap perkembangan zaman,” tandasnya.

Perubahan besar yang telah dilakukan PKB Jawa Barat, lanjut dia, telah membangun rasa percaya diri untuk terus mendorong seluruh DPW PKB se Indonesia terkait perubahan, improvisasi, dan revitalisasi kinerja partai demi membangun komitmen perjuangan.

“Ini yang paling penting,” tandasnya.

Lebih jauh Gus AMI menjelaskan, ada tiga hal yang harus dijadikan pondasi kekuatan PKB, lebih jauhnya untuk Nahdlatul Ulama, yakni perangkat nilai, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berlandaskan kultur Ahlusuasnah waljamaah, dan sejarah Islam Indonesia yang kuat.

“Kita punya SDM yang dahsyat dan lengkap, kepemimpinan masyarkatnya yang tangguh. Di PKB inilah dicetak pemimpin-pemimpin publik yang membawa kepada kemaslahatan, tanggungjawab dan kesejahteraan bagi bangsa,” katanya.

Lalu hal itu membawa pada pemenuhan harapan rakyat melalui kebijakan negara atau pemerintah yang telah dihasilkan, seperti kebijakan alokasi anggaran 20 persen untuk sektor pendidikan. Namun untuk memilih pemimpin publik yang bertanggungjawab dengan komitmen sosial yang tinggi dan semangat perubahan yang tinggi ternyata tidaklah sederhana.

“Ketiga kita punya sejarah yang telah ditorehkan para ulama Ahlussunnah Waljamaah yang telah membentuk negara dan tata kelola negara,” katanya.

Lalu, memasuki masa sulit di semua sektor akibat pandemi covdi-19 ini, jsutru harus dijadikan momentum terbaik untuk menciptakan perubahan. Menurutnya, pandemi harus dijadikan sebagai tonggak perubahan yang radikal atau mendalam untuk memperbaiki keadaan di masa yang akan datang.

“Pandemi Covid-19 yang begitu dahsyat, kalau ini tidak dijadikan alat ukur perubahan, maka kebangetan kita sebagai bangsa. Dan yang sebetulnya relevan sebagai agent of chance (agen perubahan), adalah kita sendiri. Karena perubahan adalah Sunatulloh, tidak bisa tidak, memang pasti terjadi. Sehingga kalau kita tidak melakukan perubahan yang terukur, terencana, dan sistematis, maka kita tidak akan bisa mengubah keadaan ke arah yang lebih baik,” pungkas Gus AMI.(*)