Syaiful Huda Kuatkan Moderasi Beragama Lewat Peran Intelektual NU dan PMII

(source image: istimewa)

Ajang Muktamar Pemikiran Dosen Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang di gelar di Tulungagung, Jawa Timur per 5-7 April 2021, direspon Syaiful Huda melalui analisa kondisi Indonesia saat ini. Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda mengharapkan ajang tersebut kian menguatkan gerakan moderasi beragama dan siap membawa rekomendasi Muktamar Dosen IKA PMII ke stakeholder terkait.

Per Maret hingga April 2021, yakni menjelang peribadatan kristiani yaitu Paskah dan Wafat Isa Almasih, telah terjadi dua kasus aksi teror. Aksi pada Maret peledakan bom di gereja katedral Makasar; aksi ke dua, penyerangan Mabes Polri oleh seorang wanita. Kondisi ini, menurut Syaiful Huda yang karib dengan sapaan Kang Huda, berdampak pada peran agama dalam bernegara. Menurutnya, peran intelektual alumni PMII termasuk para dosen dibutuhkan untuk menghadapi gerakan radikal dan idelogi sekuler.

“Indonesia akhir-akhir ini menghadapi tantangan berat dalam kehidupan beragama. Selain gerakan transnasionalisme Islam yang memunculkan gerakan radikal, Indonesia juga terus menghadapi ideologi sekuler yang berupaya meminggirkan peran agama dalam bernegara. Peran intelektual alumni PMII termasuk para dosen dibutuhkan agar kita mampu mendayung perahu Indonesia selamat dari dua gelombang tersebut,” ujar Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, Senin (6/4/2021).

Sambungnya, kedua kejadian tersebut, Bom di gereja dan penyerangan Mabes Polri, sebuah negasi bagi kita bawha anak muda mulai terjaring oleh gerakan radikalisme Hal ini kemudian ditekankan Kang Huda untuk mulai membuat skema counter wacana agar pemahaman tersebut agar tidak semakin masif.

“Peristiwa ini menjadi early warning bagi kita semua betapa gerakan radikalisme Islam telah menghinggapi anak muda. Dibutuhkan counter wacana agar narasi ini tidak semakin menjadi-jadi khususnya di kalangan muda,” katanya. 

Dalam keterangannya, Kang Huda mengingatkan juga, gerakan sekularasi sama bahayanya dengan gerakan radikal. Terlebih, gerakan tersebut mulai masif. Melalui analisanya, Kang Huda mengharapkan peran Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan NU bersama entitas pengurus Islam lain harus bersinergi dalam menghadapi ke dua pemahaman itu yang telah merugikan keamanan publik.

“Gerakan sekularasi sama bahayanya dengan gerakan transnasionalisme Islam. Oleh karena itu PMII dan NU bersama entitas lain pengusung Islam moderat harus bahu membahu membendung dua gelombang yang sama-sama membahayakan Indoenesia di masa depan,” katanya.

Sambungnya, kedua pemahaman tersebut kian masif melalui pemanfaatan jaringan media sosial. Untuk itu, Kang Huda percaya, alumni PMII yang tersebar di berbagai bidang profesi pekerjaan dan yang menjadi dosen berpotensi besar dalam menelurkan berbagai produk pemikiran untuk menjaga Indonesia sebagai negara inspirasi keagamaan. Juga memiliki variatif rekomendasi yang bernas dan aplikatif.

 “Ancaman pemikiran ekstrem itu sudah memasuki wilayah-wilayah privat melalui jaringan media sosial. Counter wacana sangat dibutuhkan termasuk bagaimana strategi agar wacana tersebut bisa familiar denga kehidupan anak muda jaman sekarang. Kami yakin muktamar pemikiran dosen alumni PMII bisa melahirkan berbagai rekomendasi yang bernas dan aplikatif,” katanya. 

Penutup keterangan Kang Huda, selaku ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Barat itu, mengajak Muktamar Dosen Ika PMII  untuk merangkul pemuda utamanya siswa dan mahasiswa untuk memiliki cara pandang moderat baik beragama dan beragama. Selain meminta upaya perangkulan, Kang Huda pun siap membawa rekomendasi dari Muktamar Dosen IKA PMII ke stakeholder terkait.

 “Pun begitu jika ada rekomendasi yang berkaitan dengan pola organisasi kepemudaan maka saya siap menyampaikannya ke Kementerian Pemuda dan Olahraga,” pungkasnya.

Penulisa: Haydar

Editor: Andi