Dunia per-musikan di Tanah Air dirundung duka atas meninggalnya Glenn Fredly pada di Rumah Sakit Setia Mitra, Fatmawati, Jakarta Selatan pukul 18.00. Sosok Glenn Fredly ini pun, tidak hanya gemilang di karir musik saja. Ia pun aktif di dunia perfilman; mulai jadi aktor hingga memproduseri beberapa film ternama. Dari Gairah berkeseniannya membuat Glenn Fredly ikut andil membahas isu-isu sosial melalui karya-karyanya.
Tepat 8, April, 2021, menjadi hari satu tahun kematian Glenn Fredly. Musisi yang dikenal dengan lagu-lagunya yang melankolis itu telah memiliki segudang pencapaian yang diraih sepanjang berkarir dalam bidang musik. Selama dua puluh tahun lebih kiprahnya di dunia musik, tidak sedikit lagu-lagunya yang laris, booming, laku dipasaran.
Kabarnya, Glenn Fredly memulai karier musiknya sejak tahun 90-an pada tahun 1998 dengan meluncurkan album yang bertajuk Glenn bermodalkan 8 buah lagu. Dalam album ini terdapat tiga buah lagu yang sering dinyanyikan Glenn yaitu Kau dan Cukup Sudah serta Mobil Mama yang menjadi hits di Malaysia. Album kedua Glenn diluncurkan pada tahun 2000 dengan judul Kembali. Dalam album ini terdapat beberapa hits seperti Salam bagi Sahabat dan Kasih Putih.
Di tahun yang sama Glen Fredly mendapatkan penghargaan di Malaysia sebagai album Indonesia terbaik, dan di Singapura sebagai lagu terbaik pilihan pendengar. Pada Anugerah Musik Indonesia setahun kemudian, Glenn meraih penghargaan kategori lagu terbaik dan penyanyi pria terbaik kategori musik R&B.
Selain dikenal sebagai musisi, Glenn juga dikenal sebagai sosok peka terhadap isu-isu sosial: lingkungan, budaya dan hak asasi. Kepedulian itulah yang membuatnya senantiasa berpartisipasi dalam konser amal bertajuk Soul for Indonesian Earth, sebagai penghargaan akan bumi, pada tanggal 7 Juli 2007.
Sebagai seorang musisi, Glenn merespon isu-isu sosial dengan kemahirannya di bidang pe-musikan. Seperti halnya, merespon keprihatinan surga Indonesia, Tanah Papua, melalui penciptaan lagu Tanah Perjanjian. Di akhir tahun 2011, Glenn berkolaborasi dengan Ras Muhamad untuk membuat lagu Tanah Perjanjian. Lagu tersebut disebar luaskan secara gratis melalui situs resmi Rolling Stone Indonesia. Tanah Perjanjian bercerita tentang keprihatinannya terhadap permasalahan di Papua:
tell them about the rights of the people
coz we no want no more tyrant on yah!
tibalah waktunya aku bersuara
untuk saudaraku suara pembebasan
tangisan kan berakhir, harapan kan terbit
seperti pelangi di kaki bukit yeah
matahari timur (matahari timur)
milik kita saudaraku ooo
papua yo tanah perjanjian
papua yo ow adalah tanah perdamaian
papua yo ow wo ow
saudara sehati saudara sejiwa waktunya bersinar
keadilan sosial semestinya terbagi rata
tak memandang kulit, kelas bahkan bola mata
di hadapan illahi kita semua ini sama
yang membedakan kita hanya dosa dan pahala
persatuan tak tercapai dengan laras senjata
perdamaian tak tercapai dengan secara paksa
tanah perjanjian harusnya tertanam pancasila
negeriku semestinya adil dan sejahtera
Pada tanggal 2 September 2012, Glenn menyuguhkan konser Cinta Beta dalam rangka merayakan 17 tahun kariernya dalam industri musik Indonesia. Diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta. Di dalam konser ini Glenn mengajak penontonnya kembali menaruh perhatian serius pada Timur Indonesia. Dari konsep hingga artis pendukung pun memang dibuat sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan oleh Glenn dalam pagelaran musiknya ini. Lebih dari 5000 penonton hadir pada malam itu.
Tak hanya didunia tarik suara, Glenn Fredly menjajaki karirnya di dunia perfilman. Ia pernah berperan sebagai aktor saat sebagaii pemain pendukung didalam film ?(tanda tanya), juga memproduseri film diantaranya, Cahaya dari Timur: Beta Maluku, Filosofi Kopi dan Surat dari Praha,
Glenn meninggal dunia pada Rabu, 8 April 2020 pukul 18.00 WIB di Rumah Sakit Setia Mitra, Fatmawati, Jakarta Selatan di usia 44 tahun. Glenn dikabarkan meninggal dunia akibat penyakit meningitis yang dideritanya. Glenn dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Kendati demikian, kepergian Glenn meninggalkan semangat anak bangsa atas perjuangan Tanah Papua melalui media apapun.
Penulis: Afina Aji Bangkit
Editor: Haydar