
Para akademisi menemukan, partikel plastik di udara yang tertiup angin hingga melintasi benua lebih jauh daripada titik asalnya mengganggu ekosistem alam.
“Sama dengan siklus global biogeokimia, plastik sekarang spiral di seluruh dunia,” ungkap peneliti Utah State University dan Cornell University yang keterangannya dimual di jurnal akademi Proceedings of the National Academy of Sciences.
Tim yang dipimpin oleh Janice Brahney, mengumpulkan data atmosfer dari seluruh Amerika Serikat bagian barat pada tahun 2017 hingga 2019. Penelitian itu mendapat temuan, sebanyak 220.000 ton mikroplastik menyebar ke seluruh negeri setiap tahun.
“Kami mendapati banyak polusi plastik di mana – mana; Itu bergerak di atmosfer dan menyebar ke seluruh dunia, ” terang Brahney. “Plastik ini bukan baru dari tahun ini. Ini dari apa yang telah kita buang ke lingkungan selama beberapa dekade.” Sambungnya.
“Dalam kondisi yang tepat, plastik dapat diangkut melintasi samudra besar dan antar benua, dalam suatu perjalanan atau dengan diekspotkan ke samudra,” jelas Brahney. Ia pun mengingatkan bahwa partikel-partikel dapat tetap berada di udara hingga seminggu.
Sementara itu para Akademisi pun menemukan bahwa Amerika Serikat, Eropa, timur tengah, dan India adalah pelaku kejahatan terburuk soal sumber mikroplastik berbasis darat, sementara pantai barat AS, Mediterreanan dan Australia paling terdampak karena plastik udara ditiup dari laut.
Afrika dan Eurasia memiliki jumlah terberat yang berasal dari pertanian sementara lalu lintas jalan dipandang sebagai kontributor utama secara internasional, khususnya di daerah padat penduduk.
Sementara 2019 laporan oleh organisasi kesehatan dunia menyimpulkan bahwa partikel mikroplastik dalam air minum “Tampaknya tidak menimbulkan risiko kesehatan pada tingkat saat ini”, para peneliti di Utah memperingatkan bahwa mereka “mungkin memiliki konsekuensi negatif dan belum diketahui untuk ekosistem serta kesehatan manusia”.
“Menghirup udara yang terkontaminasi partikel dapat mengganggu jaringan paru dan mengakibatkan penyakit-penyakit serius, tetapi apakah plastik lebih atau kurang beracun daripada aerosol lainnya masih belum dipahami sepenuhnya,” ungkap para peneliti Utah dalam keterangan tertulis.
Biodegradable polymer alternatives to conventional plastic are increasingly common and could represent a solution to the problem but, according to the Utah researchers, until all plastics can be broken down in nature, minute fragments “will continue to cycle through the earth’s systems”, interfering with the everyday order of the world’s ecosystems.
Biodegradable polymer alternatif untuk plastik konvensional karena mudah terurai di alam. Alternatif ini jadi solusi soal meningkatnya polusi plastik dunia. Tapi, menurut para peneliti Utah, semua plastik sebetulnya dapat dipecah secara alami, hanya jadi pecahan kecil. Hal inilah yang disebut polusi mikro plastik yang mengganggu ekosistem dunia sehari-hari.
Penerjemah: Haydar
Source news: https://www.independent.co.uk/climate-change/news/microplastics-air-pollution-packaging-recycling-b1830485.html