
Doktor politik yang mengajar di Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, menyebut dinamika konflik internal di PKB perlu diantisipasi. Umam mencatat PKB memiliki sejarah konflik internal yang cukup panjang.
“Bahkan, faksionalisme internal PKB pernah menjebak PKB dalam degradasi elektabilitas yang cukup fatal. Benih-benih fragmentasi politik internal PKB sudah terjadi sejak Pemilu 1999 dan turunnya Gus Dur dari posisi Presiden RI ke-4,” kata Umam, Senin (19/4/2021).
Umam mengatakan PKB kembali mengalami perpecahan pasca Pemilu 2004 yang ditandai dengan lahirnya PKNU. Di Pemilu 2004, PKB masih bisa mempertahankan 51 kursi, tapi akhirnya terjun bebas menjadi 27 kursi DPR RI pada Pemilu 2009 akibat konflik internal yang cukup fatal.
Meski demikian, Umam menilai kepemimpinan Cak Imin cukup berhasil dalam mengkonsolidasikan kekuatan internal PKB sehingga dapat bangkit kembali pada Pemilu 2014. Dia mengungkit keberhasilan PKB mendapatkan lebih dari 50 kursi DPR.
“Kemampuan konsolidasi paling optimal PKB di bawah kepemimpinan Cak Imin terjadi di Pemilu 2019 lalu, di mana masuknya nama Ma’ruf Amin dalam bursa cawapres mendampingi incumbent Presiden Jokowi, berpengaruh signifikan dalam mengkonsolidasikan sel-sel politik Nahdliyin, utamanya PKB,” ujar Umam.
“Meskipun perolehan suaranya di atas NasDem, tapi karena suara PKB selalu terkonsentrasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah, akhirnya konversi kursinya berada di bawah NasDem (59), selisih satu kursi dengan PKB (58),” imbuhnya.
Meski demikian, doktor politik lulusan University of Queensland, Australia, itu menilai PKB tetap perlu menyiapkan antisipasi. Dia menyebut konflik PKB kerap susah diredam.
“Namun sebagai simbol perlawanan utamanya, sepertinya nama Mbak Yenny akan dipersiapkan untuk mengkonsolidasikan kekuatan-kekuatan mereka yang kecewa. Sebagai trah keluarga Ciganjur, sel-sel politik Mbak Yenny sudah mulai menggugat legitimasi politik Cak Imin dengan mengingatkan bagaimana sikap masa lalunya terhadap Gus Dur,” sebut Umam.
Bagi Umam, kekuatan Cak Imin saat ini masih tangguh. Menurutnya gerakan kudeta Cak Imin belum terlihat signifikan.
“Namun demikian, legitimasi kekuatan politik Cak Imin tampaknya belum begitu rapuh. Keinginan kubu Mbak Yenny untuk mendorong para senior Nahdliyin untuk mengkoreksi dan mendelegitimasi Cak Imin juga belum terlihat efektif. Ini tidak lepas dari ketelatenan sel-sel politik Cak Imin dalam menjaga komunikasi dan ‘mengorangkan’ para kiai dan pesantren,” ujar Umam
“Namun terlepas dari semua itu, kubu Cak Imin harus tetap waspada, karena konsolidasi kekuatan politik pro-muktamar luar biasa (MLB) bisa dilakukan secara sistematis dan cepat. Jika itu terjadi, besar kemungkinan operasi politik MLB itu akan mulai terlihat jelas pasca Lebaran 1442H ini,” katanya.
Berikut data perolehan suara PKB dari pemilu ke pemilu:
- Pemilu 1999: 13.336.982 suara atau 12,61 persen dengan 51 kursi DPR
- Pemilu 2004: 12.002.885 suara atau 10,61 persen dengan 52 kursi DPR
- Pemilu 2009: 5.146.122 atau 4,95 persen dengan 28 kursi DPR
- Pemilu 2014: 11.298.950 atau 9,04 persen dengan 47 kursi DPR
- Pemilu 2019: 13.570.097 suara atau 9,69 persen dengan 58 kursi DPR
Penulis: Haydar