Wacana reshuffle menguat pasca-rencana peleberuan kementerian dan dibentuknya Kementerian Investasi. Wacana tersebut membuat Nadim Makarim khawatir atas posisinya di Kemendikbud. Sementara itu, Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda lebih meprioritaskan kurikulum pendidikan.
Ketua komisi X DPR RI, Syaiful Huda, menerangkan dalam bukunya berjudul Menjaga Asa di Tengah Pandemi bahwa, pergantian kurikulum atas dasar pergantian menteri harus dihindarkan. Tegasnya, kurikulum bukanlah penerjemahan visi-misi Mendikbud. Melainkan kurikulum lebih kepada rencana dasar tentang tujuan materi pembelajaran dan pedoman para pengajar demi tercapainya tujuan akhir pembelajaran.
“ bayangkan saja kalau sedemikiannya strategisnya fungsi dari kurikulum, tetapi kemudian harus berganti setiap lima tahun sekali atau setiap ganti menteri. Pasti hal itu akan menyulitkan para civitas pendidikan, baik guru, siswa maupun wali siswa,” Syiaful Huda dalam bukunya Menjaga Asa di Tengah Badai Pandemi Hal. 112.
Dugaan Nadiem khawatir soal isu reshuffle bermula sejak ia mengunggah pertemuannya dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, melalui akun instagram miliknya. Dalam unggahan tersebut, Nadim menjelaskan pertemuannya itu disebut membahas persoalan pendidikan di Indonesia, namun sejumlah suara mengaitkan dengan reshuffle kabinet.
“Ngobrol dua jam sama Bu Mega, diskusi strategi mempercepat Merdeka Belajar dan Profil Pelajar Pancasila. Saya banyak belajar dari pengalaman beliau,” kata Nadiem.
Dugaan Nadiem khawatir Hal itu diduga terkait hilangnya materi pelajaran Bahasa Indonesia dan Pancasila serta tidak dicantumkannya nama pendiri KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdurrahman Wahid dalam Kamus Sejarah yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Menurut pandangan dari Pakar Politik dari Paramadina, Hendri Satrio, memberikan sejumlah tafsir terkait pergerakan Nadiem Makarim di tengah derasnya pusaran isu reshuffle kabinet.
“Ada beberapa tafsiran politik lah ya yang pertama, karena menteri ini adalah posisinya posisi politik pasti orang bisa menebak ini adalah pergerakan politik, karena yang ditemui adalah Bu Mega. Terserah apapun interpretasinya mau itu mencari perlindungan atau soal politik atau apa yang jelas memang persepsi gerakan politik jadi sangat penting,” kata Hensat di Podcast IRC Channel Seru Transvision, Rabu (21/4/2021) malam.
Hensat menilai Nadiem Makarim terkesan seperti khawatir terkena reshuffle. Apalagi menurut Hensat, tidak mudah seorang menteri memikirkan langkah untuk bertemu dengan Megawati.
“Saya kaget juga kalau Mas Nadiem ternyata ‘dag dig dug’ juga dengan isu reshuffle ini, iya merasa insecure itu karena bertemu dengan Ibu Mega sebuah langkah yang luar biasa dan sangat sedikit mungkin pasti menteri yang memikirkan itu, gitu ya,” ucapnya.
Sementara itu reshuffle masih belum dipastikan kapan jadwal penyelenggaraannya. Kantor Staf Presiden menyatakan masih ada aturan penataan kementerian baru yang belum rampung. Presiden Jokowi akan mengeluarkan Peraturan Presiden tentang kementerian baru sebelum melantik para menteri. Kementerian yang dimaksud adalah Kementerian Riset dan Teknologi yang digabung dengan Kementerian Pendidikan.
Penulis: Haydar