Ikatan Dokter Anak Indonesia menyarankan untuk berinovasi soal metode pembelajaran tatap muka dan Daring. Rencana pembelajaran tatap muka bulan Juli yang dibuka secara terbatas itu karena prediksi jangka waktu pandemic Covid-19 masih belum bisa ditentukan.
Sebelumnya, Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda menjelaskan pembukaan sekolah untuk pembelajaran tatap muka mendesak untuk segera dilakukan.
Situasi ini kian mendesak dengan munculnya persoalan pembelajaran jarak jauh; anak-anak menjadi asing dengan ekosistem sekolah, munculnya banyak pekerja di bawah umur, hingga maraknya pernikahan dini.
“Situasi ini menuntut pemerintah untuk segera membuka sekolah untuk pembelajaran tatap muka, agar anak peserta didik tidak kian asing dengan sekolah mereka,” terang Huda dalam “Diskusi Taman Makara#1 bertajuk Education Vs Health : The Risk and The Returns of Reopening School” pada Sabtu (24/4/2021).
Sementara itu pihak Ikatan Dokter Anak Indonesia menjelaskan kalau situasi pandemi ini belum dikatakan selesai. Dikatakan menang dari pandemi jika rate Covid-19 dibawah lima persen dan kasus kematian akibat Covid-19 berakhir.
Namun pihaknya pun sama halnya mengkhawatirkan soal kondisi anak-anak yang dijauhkan dari lingkungan pendidikan.
Maka dari itu IDAI menjelaskan apabila sekolah tatap muka tetap dimulai, maka pihak penyelenggara harus menyiapkan blended learning, anak dan orangtua juga diberi kebebasan untuk memilih metode pembelajaran, antara luring atau daring.
“Anak yang belajar secara luring maupun daring harus memiliki hak dan perlakuan yang sama,” tulis IDAi, sebagaimana dikutip dari keterangan resmi IDAI, Rabu 28 April 2021.
Mengingat prediksi jangka waktu pandemic Covid-19 yang masih belum bisa ditentukan, IDAI meminta para guru dan sekolah untuk mencari inovasi baru dalam proses belajar mengajar.
“Misalnya memanfaatkan belajar di ruang terbuka, seperti taman, lapangan, atau sekolah di alam terbuka,” tuturnya.
Penulis: Haydar