43 persen Ortu Ingin Anak Kembali PTM, Ketua Komisi X Minta Kemendikbud Jangan Diam

Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda meminta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) tidak tinggal diam dengan hasil survei orang tua yang masih ingin pembelajaran tatap muka dilakukan Juli ini. Syaiful menilai perlu ada terobosan dari Kemdikbudristek untuk menciptakan sekolah menjadi tempat paling aman dari COVID-19 untuk anak-anak.

“Walau di tengah kenaikan tren naik ini, diminta untuk ada PTM tatap muka, semangat ini harus direspons oleh Kemendikbud, dengan cara apa?,” kata Syaiful dalam konferensi virtual, Minggu (11/7/2021).

“Bagaimana menjadikan sekolah menjadi tempat paling aman untuk anak-anak,” sambungnya.

Syaiful mengatakan Kemdikbudristek seharusnya tidak pasrah begitu saja saat Indonesia mengalami darurat pendidikan di tengah kebijakan PPKM darurat. Syaiful meminta Kemdikbud Ristek proaktif menanggapi suara yang menyangkut hajat banyak orang ini.

“Saya kira perlu ditebus dengan cara Kemdikbud proaktif mengambil inisiatif-inisiatif supaya 43,9% yang menghendaki ini ada modul modelnya yang itu bisa diambil inisiatifnya oleh Kemdikbud,” tutur Syaiful.

Politikus PKB ini melihat fenomena yang terjadi saat ini justru ada sebagian siswa yang terjangkiti virus Corona saat berada di dalam rumah. Ini artinya, kata Syaiful, para siswa ini terkena COVID-19 di luar sekolah.

“Yang memang di rumahnya tidak aman dan ini terafirmasi, hari ini banyak siswa-siswi kita terkena COVID karena tidak sekolah, artinya kan dia terkena COVID di luar sekolah, jumlahnya tinggi, IDI mengkhawatirkan itu, cukup tinggi. Ini mereka terkonfirmasi terkena COVID bukan karena sekolah tapi karena tidak sekolah,” ungkapnya.

Diketahui, Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mengungkap 43,9% orang tua setuju dengan pembelajaran tatap muka (PTM) pada Juli saat ini di tengah lonjakan virus Corona (COVID-19). P2G menyebut tingginya animo para orang tua ini karena merasa anaknya sudah jenuh belajar di rumah.

Survei ini dilakukan selama 3 hari dari 5-8 Juli dengan teknik sample random sampling. Ada 8.287 orang tua siswa di 34 provinsi. Orang tua diwawancarai menggunakan teknik kuesioner Google Form yang disebarkan di aplikasi perpesanan.

“Mengenai persetujuan orang tua terhadap dimulainya PTM, tahun ajaran baru Juli 2021, yang setuju dimulainya PTM bulan Juli itu 43,9% hampir setengahnya, 33,2% ragu-ragu, lalu 23,9% tidak setuju,” kata Kabid Advokasi P2G Iman Zanatul Haeri dalam konferensi virtual.

Iman melihat persentase survei itu menunjukkan mayoritas orang tua setuju dimulainya PTM pada Juli. Padahal, menurut Iman, angka ini sangat kontras saat kasus COVID-19 yang menjangkiti anak-anak justru melonjak tajam pada akhir-akhir ini.

“Catatan dari kami memang mayoritas orang tua secara tidak langsung setuju terhadap mulainya PTM pada bulai Juli 2021, padahal kita tahu sendiri COVID-19 semakin meningkat tadi sudah disebutkan bahwa banyak pasien COVID anak-anak yang terinfeksi COVID ini di Indonesia termasuk yang paling banyak,” ungkapnya.

Iman menjelaskan, para orang tua yang setuju ini dilatarbelakangi karena sang anak telah jenuh dan bosan berada di rumah. Kemudian, para orang tua juga mengeluh karena anaknya lebih sering main game di rumah dibanding belajar.

Penulis: Haydar