Hubungan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) belakangan ini mendapat perhatian publik karena dianggap kurang harmonis.
Itu muncul setelah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengatakan bahwa belasan juta pendukung PKB solid dan tidak terpengaruh siapa pun, termasuk Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya.
Namun menurut pengamat politik dari Media Survei Nasional (Median), Rico Marbun, ketegangan yang terjadi antara PBNU dengan PKB itu tidak akan menggerus suara PKB di pemilu 2024.
Rico memaparkan adanya beberapa faktor yang membuat suara PKB tetap solid.
“Pertama, hasil survei terbaru yang Median temui menunjukkan bahwa sampai saat ini PKB masih menduduki posisi sebagai partai Islam terbesar di Indonesia. Perolehan suara PKB masih di atas partai-partai Islam yang lain seperti PKS, PPP, dan PAN. Walau ketegangan ini sudah berlangsung cukup lama. Dan temuan ini konsisten dengan temuan lembaga survei lain,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (9/5/2022).
Alasan kedua menurutnya, karena dari data Median, sebagian besar pemilih PKB dilatarbakangi karena faktor NU.
Berdasarkan hasil survei terakhir Median, Rico menambahkan, sekitar 13,5 persen orang memilih PKB karena dianggap identik dengan NU dan 9,6 persen karena dianggap islami.
“Kalau digabungkan alasan pemilih PKB, maka kultur NU dan Islam masih melekat kuat pada PKB. Adanya ketegangan antara NU dan PKB belakangan ini, bisa dikatakan belum begitu menggangu suara grasroot NU yang ada di PKB,” katanya.
Dikutip dari Warta Kota, hubungan PKB dan PBNU kembali menjadi perhatian publik.
Hal ini buntut dari pernyataan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengatakan PKB memiliki sekitar 13 juta pendukung solid dan tidak terpengaruh oleh siapapun termasuk Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya.
“Semua lembaga survei (menyebut) pemilih PKB adalah loyal, solid sekali sampai ke bawah. Bahkan, Yahya Cholil Ketum PBNU ngomong apa aja terhadap PKB, enggak ngaruh sama sekali,” ucap Imin pada program “Ngabuburit Bersama Tokoh” CNN Indonesia TV, Minggu (1/5/2022).
Cak Imin juga meyakini dukungan suara itu akan membesar jika ia mencalonkan diri pada Pilpres mendatang.
Atas pernyataan itu, sejumlah tokoh NU maupun Pengurus PBNU bereaksi.
Cak Imin pun kembali menjadi perhatian, bahkan tidak sedikit yang menyerangnya di media sosial.
Tidak sedikit warga NU yang mengaku kecewa dengan pernyataan dari Cak Imin tersebut.
Di sisi lain, pengurus PKB menganggap pernyataan Cak Imin merupakan hal biasa.
Seperti disampaikan akun @Bambangelf yang merupakan kader PKB.
“Sejak dulu hubungan PKB dan NU itu ga bisa dipisahkan. Cak Imin itu orang yang sangat takzim pada poro Kyai. Silakan tanya pada Yai Ma’ruf, Buya SAS. Kalau Gus Yahya itu sejak dulu koncoan dengan Cak Imin karena seumuran. Sudah biasa mreka berdebat atau makan bareng,” tulis Bambang dikutip Warta Kota pada Jumat (6/5/2022).
Bulan lalu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf kembali menegaskan pihaknya secara kelembagaan tidak akan membuat sikap politik dukung mendukung di Pilpres 2024.
Secara institusi, PBNU berkomitmen tak akan terseret pada kepentingan politik praktis.
“(Dukungan) Atas nama lembaga tidak boleh. Kalau pribadi silakan, asalkan bertanggung jawab. Tapi, kalau atas nama lembaga tidak boleh,” kata Gus Yahya kepada wartawan disela kegiatan di Surabaya, dikutip Kamis (17/2/2022).
Sikap ini memang bukan kali pertama diucapkan Gus Yahya untuk memisahkan organisasi terbesar tersebut agar tidak terseret kepentingan politik praktis.