Ketum PKB Minta Pemerintah Atur Ulang Strategi Rantai Pasok Global

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) mendorong pemerintah segera mengatur strategi antisipatif terhadap gangguan rantai pasok global. Hal ini dikarenakan perang Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut diprediksi akan mengganggu rantai pasok global dalam kurun waktu lama.

“Kita sampai sekarang belum tahu kapan perang Rusia Ukraina selesai, tapi yang pasti dampaknya sudah kita rasakan. Karena itu saya minta pemerintah mengantisipasi betul rantai pasok global, atur ulang agar stabil,” kata Gus Muhaimin dalam keterangan tertulis, Rabu (31/8/2022).

Ia mengatakan solusi utama tetap ada di distribusi pasokan global. Menurutnya, 82 persen distribusi pasokan global untuk komoditas pangan dan energi itu melalui laut, dan 60 persen di antaranya terganggu.

“Distribusi rantai pasok global itu 82 persen lewat laut, dan lalu lintasnya sebagian besar lewat Indonesia. Yang melalui Selat Malaka, Selat Sunda, dan Lombok itu sekitar kira-kira 46 persen dari pasokan komoditas pangan dan energi dunia. Makanya ini harus dijaga betul,” ungkapnya.

Wakil Ketua DPR RI Bidang Korkesra ini menegaskan reaksi sebagian besar negara-negara di dunia di tengah kesulitan ekonomi ini adalah melakukan proteksi untuk ekonominya masing-masing menjadi tantangan sendiri bagi Indonesia.

Ia mengutip laporan Global Economic Prospects Bank Dunia Juni 2022 yang menyatakan dampak dari pandemi COVID-19 ditambah invasi Rusia ke Ukraina memperparah perlambatan ekonomi global.

“Kita lihat semua ekonomi dunia melambat, Indonesia juga begitu terdampak juga. Maka kemandirian ekonomi, kemandirian pangan, juga energi perlu diperhatikan betul. Karena sekarang kita tidak bisa berharap banyak ke negara lain sementara mereka menerapkan proteksi,” tegasnya.

Dia menyatakan semua elemen bangsa pasti satu suara terkait kemandirian. Ia berujar semua sepakat dan ingin harga harga pangan stabil, pun pemerintah dan sektor swasta juga sepakat agar harga terjangkau dan stabil.

“Semua juga setuju agar ketersediaan pangan dapat dijaga dan aman. Kita semua juga pasti sepakat ketahanan energi dan sumberdaya alam seperti sumber air dan lahan agar produktivitas pangan terjamin dan berkelanjutan,” pungkasnya.