Dibalik Penyematan Panglima Santri pada Gus Muhaimin

Gus Muhaimin mengungkapkan latar belakang dirinya dinobatkan menjadi panglima santri. Hal itu diungkapkan saat pihaknya mengunjungi Pondok Pesantren Ummul Quro, Bogor dalam rangkaian Safara Panglima Santri menyambut Hari Santri Nasional tahun 2022, Minggu (16/10/22).

“ Nah anak-anakku semua, ade-adeku, semua para santri, mungkin ada yang belum tahu kenapa saya disebut panglima santri,” ungkap Gus Muhaimin usai mengukukuhkan Laskar Santri.

Gus Muhaimin menjelaskan penyematan Panglima Santri pada namanya tidak terlepas dari nihilnya pengakuan negara terhadap sejarah. Dalam hal ini, catatan sejarah tersebut menyoal perjuangan para santri dalam perjuangannya memerdekakan Indonesia.

“ Salah satu tokoh yang menggerakan pahlawan nasional yang mendorong perlawan umat Islam adalah Hadratussyaikh Roisul Akbar KH Hasyim Asy’ari. Melalui resolusi jihad memerintahkan umat Islam untuk angkat senjata dan mengusir penjajah dan alhamdulilah berhasil. Dan puncaknya menjadi kekuatan nasional serangan 10 November yaitu puncaknya menjadi hari pahlawan nasional. Nah tetapi masa lalu tidak pernah diakui oleh negara ini,” urai Gus Muhaimin.

Perjuangan Mengungkap Sejarah.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa ini mengatakan, kemerdekaan Indonesia tak terlepas dari perjuangan santri, kyai dan ulama. Namun saat itu pengakuan pemerintah terhadap mereka nihil, sehingga apresiasi kepada generasi penerus yaitu santri nyaris tidak ada. Oleh karena itu, Gus Muhaimin memimpin resolusi jihad untuk mengungkap fakta-fakta sejarah perjuangan para santri.

“ Sejarah ini selalu ditutupi bahkan tidak pernah diajarkan di pesantren apalagi menjadi cacatan sejarah resmi negara. Kami waktu itu merintis memulai dengan melakukan kajian. Di Jogjakarta, di Surabaya, di Jakarta, di Malang, tahun 90-an kita menggali, menelusuri jejak-jejak fakta sejarah perjuangan yang ditutup-tutupi itu,” ungkapnya.

“ Akhirnya saya memimpin pawai kirab resolusi jihad. Kirab itu kita kawal bendera merah-putih, bendera nahdlatul ulama bendera torikot, bendera berbagai badan-badan penyangga ahlu sunah waljamaah,” terang Gus Muhaimin.

Gus Muhaimin menjelaskan, puncak dari perjuangannya mengungkap sejarah saat Pemilihan Presiden 2014. Saat itu, katanya, Presiden Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kala meminta dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa.

“ Saya menyampaikan oke saya dukung dengan syarat nanti kalau menjadi presiden harus mengakui resolusi jihad. Dan alhamdulilah begitu Pak Jokowi terpilih langsung mengesahkan resolusi jihad sebagai hari santri nasional 22 Oktober 2015, “ ungkapnya.

Cikal-Bakal Undang-Undang Pesantren

Lahirnya Hari Santri Nasional adalah rangkaian dari resolusi jihad. Namun, hal itu bukanlah akhir dari perjuangan Gus Muhaimin. Ia mengatakan, perhatian negara terhadap santri tidak sekedar euforia hari peringatan saja tapi perlu ada regulasi terkait pengembangan pesantren.  

“ Kesimpulannya sederhana. Kalau santri maju saya jamin Indonesia pasti maju. Kalau santri makmur saya jamin Indonesia pasti makmur. Oleh karena itu akhirnya kita buat undang-unda pesantren, mudah lancar,” terang Gus Muhaimin.

“ Semua tak ada satu pun yang menolak. Bahkan semenjak 15 tahun saya menjadi anggota DPR, lima tahun jadi menteri. Satu-satunya undang-undang yang paling mulus dan lansung diterima oleh pemerintah dan DPR adalah undang-undang pesantren yang kita inisasi. Oleh karena itu, kita patut bersyukur dengan undang-undang ini kita merintis jalan. Agar negara dan pemerintah benar benar mengahargai, menghormati dan memberikan jalan kemudahan bagi kualitas mutu bagi lulusan peantren di masa yang akan datang,” jelasnya.

Dinobatkan Jadi Panglima Santri

“ Di situlah maka pada tahun 2015 para kyai dan ulama tidak kurang dari 50 ribu kyai dan santri berkumpul di Jember Jawa Timur dan kemudian mengangkat saya menjadi panglima santri,” terang Gus Muhaimin.

Gus Muhaimin pun mengatakan, tiap jaman memiliki tantangan yang berbeda. Katanya, tantangan hari ini bukan lagi mengangkat senjata untuk usir penjajah.

“ Tantangannya bukan lagi mengusir penjajah. Tetapi tantangannya adalah membawa santri menjadi kekuatan yang bisa mewujudkan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat bangsa Indonesia,” ujarnya.