Ketua Umum PKB, Gus Muhaimin bersama Duta Besar Federasi Rusia mengunjungi Pondok Pesantren Nurul Iman, Cibaduyut, Kota Bandung Jawa Barat, (24/1/2023). Dalam kunjungan tersebut, Gus Muhaimin ingin mempertunjukan jika tradisi Islam Indonesia adalah resources dunia untuk menciptakan perdamaian. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka dialog Kehidupan Islam di Indonesia dan Rusia.
Dalam dialog itu, Duta Besar Rusia, Lyudmila Vorobyova mengatakan bahwa ini adalah kunjungan pertamanya ke pondok pesantren. Ia mengatakan, saat ini jumlah penduduk muslim di Rusia mencapai 20-30 juta jiwa atau 30 persen penduduk Rusia. Olehkarena itu, Rusia pun dinobatkan menjadi negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di Eropa.
“ Islam di Rusia sekarang mengalami kebangkitan, jumlah masjid di Rusia meningkat 70 kali lipat, sekarang jumlahnya hampir 7 ribu masjid,” ungkapnya.
Sementara itu Gus Muhaimin menyampaikan rasa syukurnya sebagai umat Islam Indonesia, bisa hidup damai, aman dan tenang. Kata Gus Muhaimin, melonjaknya penduduk muslim di Rusia menunjukan ghiroh keagamaan dan kebebasan beragama di Rusia sudah mulai terjadi.
Kebebasan bukan Kebablasan Beragama
Gus Muhaimin menjelaskan sebelum era Reformasi hak beragama masyarakat Indonesia sangat dihambat dan dibatasi. Barulah setelah Reformasi, hak beragama masyarakat Indonesia mulai terbuka dan bebas. Namun, di era kebebasan itu, kata Gus Muhaimin, bukan tidak ada masalah yang dihadapi.
“ Paham-paham Wahabi radikal dan liberal, masuk bebas di tanah air. Bahkan saking bebasnya ada yang mencoba-coba membawa ide-ide LGBT. Tetapi kebebasan ini harus kita manfaatkan untuk pengaruh ahlussunnah wal jamaah harus semakin kuat di tanah air,” ungkap Gus Muhaimin.
Menurutnya kebebasanya beragama adalah barang yang mahal, tapi arti kebebasan ini tidak bisa diartikan untuk menormalisasi penyimpangan-fitrah manusia. Menurutnya, ahlussunnah wal jamaah harus kuat dalam aspek ekonomi dan politik. Sehingga penyimpangan dengan dalih kebebasan bisa dibendung.
Pesantren Mencetak Pemimpin Negeri
Menurut data yang tercatat Kementerian Agama RI, Indonesia memiliki 26,975 uni pesantren hingga April 2022. Gus Muhaimin menjelaskan, Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak di Indonesia yakni 8.343 unit.
Gus Muhaimin menjelaskan, jika dirunut secara historis, tokoh-tokoh di Indonesia lahir dan dibesarkan oleh pesantren. Lanjutnya, hasil pendidikan pesantren tidak hanya melahirkan pimpinan-pimpinan agama tetapi turut melahirkan pemimpin negeri.
“ ekselensi Bu Dubes yang saya banggakan, di pesantren-pesantren ini tidak hanya menyiapkan generasi pimpinan-pimpinan agama tetapi juga menyiapkan tetapi menyiapkan kemampuan-kemapuan untuk memimpin masyarakat; memimpin negara kelak lahir dari sini ( pesantren) bukan hanya menteri tetapi Insha Allah ada presiden juga,” tukas Gus Muhaimin.
Ia mengaku optimis, jika kalangan santri sudah punya modal untuk menjadi pemimpin negeri. Gus Muhaimin menjelaskan, modal santri untuk menjadi pemimpin negeri atau menjadi presiden adalah modal konsep.
“ modal konsep itu apa, cita-cita, cita-cita itu apa, ideologi, ideologi itu apa, ajaran, ajaran itu apa, ahlussunnah wal jamaah. Itu cukup untuk menata dan mengelola kehidupan dan masyarakat dan negara,” jelas Gus Muhaimin.
Pendidikan Pesantren Dibutuhkan Dunia
Dalam acara dialog bersama Dubes Rusia tersebut, Gus Muhaimin turut menjelaskan, jika pendidikan pesantren adalah pendidikan yang dibutuhkan dunia saat ini untuk mewujudkan perdamaian hingga mengentaskan rasisme. Ia menjelaskan, selama kunjungannya ke benua Eropa, misal Inggris dan Prancis mengeluhkan terkait Islamophobia.
“ Saya sudah ketemu duta-duta besar misalnya di Eropa, mereka, di Inggris ini sedang panik di Prancis juga panik karena banyak tumbuh masjid-masjid yang radikal,” kata Gus Muhaimin.
Gus Muhaimin yakin, seandainya Takmirnya (yang memakmurkan) dikirim dari Indonesia tidak akan terjadi gerakan Islam radikal di Eropa. Oleh karena itu, Gus Muhaimin akan terus mendorong itikad pesantren dalam merawat serta menyebarkan rahmatan lil alamin agar perdamaian di seluruh dunia tercipta.
Islam Indonesia Lebih Maju
Masih dalam pidatonya, Gus Muhaimin kembali menegaskan bahwa kita harus bangga sudah mempelajari Islam Indonesia. Katanya, Islam Indonesia lebih maju dari tradisi Islam di negara mana pun sekali pun itu Arab Saudi.
Kata Gus Muhaimin, penilainnya ini merujuk pada peristiwa Komite Hijaz dan kebijakan Mohammed bin Salman Al Saud yang menetapkan wisata sejarah berbasis agama.
Pada tahun 1924 hingga 1925 aliran Wahabi sangat mendominasi di tanah Haram. Situasi ini turut mempengaruhi Islam-tradisional di Indonesia. Sayangnya pengaruh ini berdampak buruk yakni, tata cara ibadah Islam-tradisional kerap ditentang oleh golongan Islam-Reformis atau Wahabi.
Oleh karena itu pada tahun 1924 antar organisasi Islam, yang diinisiasi KH Abdul Wahab Chasbullah, menyusun Komite Hijaz yang bertujuan mengirim utusan Indonesia untuk menghadap Raja Ibn Sa’ud. Utusan tersebut ditugaskan menginformasikan jika Wahabi dilarang mendominasi karena telah mematikan kemerdekaan bermadzhab dan menggusur situs-situs bersejarah atau yang dikeramatkan.
Namun untuk mengirim utusan ini diperlukan organisasi yang formal, maka didirikanlah Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926, yang secara formal mengirimkan utusan ke Hijaz (mekah) untuk menemui Raja Ibnu Saud.
“ Kita harus belajar dari para wali-wali itu, dari tahun itu aja bayangkan pesawat aja juga belum ada kapal terbatas. Sebetulnya Komite Hijaz itu ketuanya KH Raden Asnawi Kudus. Tapi karena kapalnya terbatas, yang berangkat KH Wahab Chasbullah,” jelas Gus Muhaimin.
“ Nah, akhirnya komite Hijaz ini berhasil mengerem laju pelarangan ibadah cara tunggal di Saudi, nah itu satu hal. Tapi yang menarik seratus tahun kemudian, sekarang, di Saudi, Mohammed bin Salman putra Mahkota, menerepakan satu sistme baru, kritik keras terhadap Wahabi di mana bukan saja menjaga situs-situs tempat keramat tapi hari ini merawat situs keramat boleh dan bebas dikunjungi karena wisata. Jadi kita jauh berpikir lebih maju dibanding Mohammed bin Salman.
Komite Hijaz adalah panitia kecil yang dibentuk oleh KH Abdul Wahab Chasbullah di awal 1924. Lalu pada 1926 dikirimlah dua utusan (komite Hijaz) untuk menghadap Raja Ibnu Saud di Hijaz (Arab Saudi). Mereka bertugas menyampaikan beberapa permohonan salah-satunya untuk menginformasikan bahwa Wahabi tidak boleh mendominasi bahkan menggusur situs-situs keramat.
Hal ini dilakukan guna membentengi Islam Nusantara karena beberapa tata cara ibadah mereka kerap ditentang golongan Islam-Reformis atau Wahabi yang berjaya pada masa Raja Ibn Sa’ud pada dekade ketiga abad ke-20 itu.
Gus Muhaimin Menyerukan Perdamaian
Dihadapan Dubes Rusia, Gus Muhaimin mengatakan bahwa untuk menciptakan perdamaian adalah dengan berpikir maju. Lantas, Gus Muhaimin menyerukan agar Rusia dengan Ukraina menghentikan peperangan. Menurutnya, dampak perang tersebut dirasakan seluruh dunia bahkan berpotensi memicu krisis ekonomi serta resesi bagi Indonesia.
“ Kalau Rusia dan Ukraina damai, Insha Allah ekonomi dunia akan membaik dan Insha Allah kita selamat dari krisis dan resesi dunia. “
Lebih lanjut, Gus Muhaimin menjelaskan, di kedua belah pihak antara Rusia dan Ukraina terdapat umat Islam. Keberadaan muslim Rusia dan Ukraina, diharapkan Gus Muhaimin untuk turut andil dalam menghentikan peperangan.
“ sesama muslim bisa mendamaikan menghentikan pertempuran dan perang disana,” pungkas Gus Muhaimin.